Semakin berkembangnya pengetahuan dan teknologi
dewasa ini, membuat industri berlomba-lomba menggunakan teknologi dalam
produksinya. Terkadang teknologi yang dibuat membutuhkan investasi yang besar,
oleh karena itu maka dibutuhkan riset dan teknologi terapan yang dapat
memberikan added value bagi industri.
Agar riset dan teknologi terus berkembang maka
diperlukan sinergi yang baik antara peneliti dan praktisi (industri) untuk
dapat menghasilkan teknologi yang tepat guna.
Pengertian teknologi
Apa itu
Teknologi?? Pengertian Teknologi
sebenarnya berasal dari kata Bahasa Perancis yaitu “La Teknique“ yang dapat
diartikan dengan ”Semua proses yang dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan
sesuatu secara rasional”. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan sesuatu
tersebut dapat saja berupa benda atau konsep, pembatasan cara yaitu secara
rasional adalah penting sekali dipahami disini sedemikian pembuatan atau pewujudan
sesuatu tersebut dapat dilaksanakan secara berulang(repetisi).
Teknologi dalam arti ini dapat diketahui melalui barang-barang, benda-benda, atau alat-alat yang berhasil dibuat oleh manusia untuk memudahkan dan menggampangkan realisasi hidupnya di dalam dunia. Hal mana juga memperlihatkan tentang wujud dari karya cipta dan karya seni (Yunani techne) manusia selaku homo technicus. Dari sini muncullah istilah “teknologi”, yang berarti ilmu yang mempelajari tentang “techne” manusia. Tetapi pemahaman seperti itu baru memperlihatkan satu segi saja dari kandungan kata “teknologi”. Teknologi sebenarnya lebih dari sekedar penciptaan barang, benda atau alat dari manusia selaku homo technicus atau homo faber. Teknologi bahkan telah menjadi suatu sistem atau struktur dalam eksistensi manusia di dalam dunia. Teknologi bukan lagi sekedar sebagai suatu hasil dari daya cipta yang ada dalam kemampuan dan keunggulan manusia, tetapi ia bahkan telah menjadi suatu “dayapencipta” yang berdiri di luar kemampuan manusia, yang pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan suatu komunitas manusia yang lain.
Teknologi dalam arti ini dapat diketahui melalui barang-barang, benda-benda, atau alat-alat yang berhasil dibuat oleh manusia untuk memudahkan dan menggampangkan realisasi hidupnya di dalam dunia. Hal mana juga memperlihatkan tentang wujud dari karya cipta dan karya seni (Yunani techne) manusia selaku homo technicus. Dari sini muncullah istilah “teknologi”, yang berarti ilmu yang mempelajari tentang “techne” manusia. Tetapi pemahaman seperti itu baru memperlihatkan satu segi saja dari kandungan kata “teknologi”. Teknologi sebenarnya lebih dari sekedar penciptaan barang, benda atau alat dari manusia selaku homo technicus atau homo faber. Teknologi bahkan telah menjadi suatu sistem atau struktur dalam eksistensi manusia di dalam dunia. Teknologi bukan lagi sekedar sebagai suatu hasil dari daya cipta yang ada dalam kemampuan dan keunggulan manusia, tetapi ia bahkan telah menjadi suatu “dayapencipta” yang berdiri di luar kemampuan manusia, yang pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan suatu komunitas manusia yang lain.
Teknologi juga
penerapan keilmuan yang mempelajari dan mengembangkan kemampuan dari suatu
rekayasa dengan langkah dan teknik tertentu dalam suatu bidang. Teknologi
merupakan Aplikasi ilmu dan engineering untuk mengembangkan mesin dan prosedur
agar memperluas dan memperbaiki kondisi manusia atau paling tidak memperbaiki
efisiensi manusia pada beberapa aspek.
Teknologi juga
dapat diartikan benda‐benda
yang berguna bagi manusia, seperti mesin,
tetapi dapat
juga mencakup hal yang lebih luas, termasuk sistem, metode organisasi, dan
teknik.
Istilah ini
dapat diterapkan secara umum atau spesifik: contoh‐contoh mencakup
"teknologi
konstruksi",
"teknologi medis", atau "state‐of‐the‐art teknologi"Kita menggunakan
teknologi dimulai dengan konversi sumber daya alam menjadi peralatan sederhana.
Penemuan yang prasejarah kemampuan untuk mengendalikan api sehingga dapat
mengolah makanan dan penemuan roda membantu manusia dalam perjalanan di dalam
dan mengendalikan lingkungan mereka. Perkembangan teknologi terbaru, termasuk
mesin cetak, telepon, dan Internet, mengatasi hambatan fisik untuk komunikasi
dan memungkinkan manusia untuk berinteraksi dengan bebas pada skala global atau
luas. Namun, tidak semua teknologi ini telah digunakan untuk tujuan damai; pengembangan
senjata yang semakin meningkat kekuatan destruktif telah berkembang sepanjang sejarah,
dari klub untuk senjata nuklir. Teknologi telah mempengaruhi masyarakat dan
sekitarnya dalam beberapa cara. Dalam masyarakat, teknologi telah membantu
mengembangkan ekonomi yang lebih maju (termasuk ekonomi global saat ini).
Tetapi banyak proses‐proses
teknologi juga menghasilkan produk yang tidak diinginkan atau mengakibatkan
sesuatu hal, contohnya polusi, dan menguras sumber daya alam, dengan merusak
bumi dan lingkungannya. Berbagai implementasi teknologi mempengaruhi nilai‐nilai masyarakat dan
teknologi baru sering menimbulkan pertanyaan‐pertanyaan etika baru. Contohnya
meliputi munculnya gagasan tentang efisiensi dalam hal produktivitas manusia,
istilah yang awalnya hanya berlaku bagi mesin, dan tantangan dari norma‐norma tradisional.
Teknologi
sebagai Barang Buatan Manusia
Teknologi yang
tertua, sangat sederhana, dan paling umum dikenal orang ialah sebagai barang
buatan dari manusia. Mengapa manusia sejak zaman yang amat kuno perlu membikin berbagai
barang buatan seperti kapak, palu, pengungkit, perahu, dan kereta? Jawabannya
yang paling masuk akal adalah karena manusia merupakan suatu makhluk yang amat
rapuh jasmaninya
Menurut Lord
Ritchie‐Calder,
dari masa yang tertua dan mulai dengan alat‐alat yang paling sederhana, setiap
penemuan dan penciptaan berdasarkan pada kenyataan bahwa manusia bukan hanya
suatu makhluk perseptual melainkan juga suatu makhluk konseptual yang mampu mengamati,
mengingat, dan menjajarkan gambaran angan‐angan. Ia dapat membuat suatu perancangan
mental, suatu khayalan tekno‐puitis,
bahkan bilamana sarana untuk senyatanya membuatnya tidak tersedia. Menurut
sejarahnya, ada dua titik waktu yang sangat penting dalam perkembangan
teknologi menurut A. Gehlen (Man in the Age of Technology), yaitu:
•
Revolusi neolitik: mulai titik waktu ini manusia beralih dari hidup mengembara
dan berburu ke keadaan hidup menetap dengan mengembangkan pertanian dan
pemeliharaan hewan.
•
Revolusi industri: berkembangnya kebudayaan mesin yang memenuhi kebutuhan
manusia
dan mengubah
tatanan hidupnya. Teknologi sebagai barang buatan manusia memiliki tiga ragam
dasar yang sekaligus menunjukkan perkembangan historis yang berlainan. Hal ini
adalah pendapat dari seorang ahli yaitu Ladislav Tondl. Ragam dasar itu adalah:
• Alat
Suatu benda yang
bergerak semata‐mata
berdasarkan tenaga dari otot manusia. Pada umumnya manusialah yang membimbing
dan mengendalikan alat‐alat,
dengan demikian manusia jugalah yang menjadi sumber informasi.
• Mesin
Sesuatu sistem
peralatan yang tidak menggunakan tenaga manusia, melainkan sumber-sumber tenaga
di luar manusia, tetapi masih tetap memerlukan manusia untuk membimbing dan
mengendalikannya.
• Automaton
Perlengkapan
teknologi yang paling tinggi ragamnya dan paling canggih. Perlengkapan ini (berdasarkan
asas sibernetika yang menggantikan fungsi pengendalian : manusiawi) mampu membuat
keputusan dan mengatur sendiri.
Teknologi
sebagai Kegiatan Manusia
Teknologi
sebagai barang buatan kurang lengkap dan terlampau sempit. Barang buatan hanyalah
suatu hasil akhir dari sebuah proses atau rangkaian kegiatan yang telah
berlangsung sebelumnya. Oleh karena itu, pembahasan tentang pengertian
teknologi harus menjelaskan kegiatan apa atau bagaimana yang telah terjadi
sehingga menghasilkan berbagai barang buatan dati manusia itu. Kegiatan manusia
yang termasuk pengertian teknologi pada pokoknya dapat dibedakan dalam dua
jenis, yaitu membuat dan menggunakan. Membuat adalah kegiatan merancang dan
menciptakan sesuatu barang buatan, sedang menggunakan adalah melakukan sesuatu
kegiatan sesuai dengan fungsi suatu barang buatan yang telah dibuat. Sebagai
contoh misalnya pembuatan perahu pada zaman dahulu, orang harus terlebih dahulu
membuat kapak, palu, gergaji, dan alat pengukur. Kemudian barulah orang membuat
perahu dengan menggunakan alat-alat itu. Jadi, dalam pembuatan suatu perahu
yang senyatanya dilakukan dua jenis kegiatan membuat dan menggunakan. Dalam
zaman modem,sekarang, kegiatan menggunakan berbagai peralatan, mesin, dan
perlengkapan lainnya dalam pabrik untuk memproduksi (membuat) sesuatu barang
buatan tampak lebih menonjol. Kedua kegiatan membuat dan kegiatan menggunakan
itu sebagai teknologi harus dibedakan. Dengan demikian, jelaslah kini apa yang
dimaksud dengan teknologi sebagai kegiatan manusia. Tetapi tidak setiap
kegiatan manusia adalah teknologi, melainkan hanyalah kegiatan yang mempunyai
dua ciri pokok, yaitu efisien dan memiliki tujuan tertentu.
Teknologi
sebagai Kumpulan Pengetahuan
Analisis yang
lebih mendalam lagi terhadap teknologi sebagai kegiatan manusia yang secara sistematis
Iangkah demi langkah dilakukan untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu secara
efisien sampai pada faktor pengetahuan yang mendasari kegiatan itu Pengetahuan
ini harus dipelajari oleh manusia baik dari pengalaman sendiri maupun dari
sumber‐sumber
lain untuk dapat melakukan kegiatan yang merupakan teknologi. Seorang ahli Tom
Burns mengartikan teknologi sebagai kumpulan pengetahuan, tetapi pengetahuan itu
dibedakan menjadi dua kelompok, yakni pengetahuan yang masih terdapat pada
bangsa yang terbelakang atau kurun masa sebelum industrialisasi zaman modern
dan pengetahuan yang telah bersangkut paut dengan masyarakat‐masyarakat industri.
Atau dapat dikatakan, pengertian teknologi sebagai kumpulan pengetahuan dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu pengetahuan yang masih bersifat tradisional
sebelum terjadinya industrialisasi dan pengetahuan yang telah bercorak modern
dalam masyarakat industri untuk produksi berbagai barang dan jasa
Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Perkembangan Dan Implementasi Sistem pendidikan
Kemajuan-kemajuan teknologi informasi dunia sangat mempengaruhi rancangan dan implementasi sistem informasi pendidikan di masa datang. Yang menjadi pertanyaan besar adalah kesiapan para pendidik menggunakan kemajuan tersebut sesuai dengan kondisi objektif yang ada dalam lingkungan pendidikan,
Dalam akuisisi
teknologi informasi diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang matang agar
segala sesuatu yang dirancang saat ini tidak ketinggalan setelah
diimplementasikan. Pemilihan sistem yang mengikuti standard internasional
merupakan pertimbangan utama dalam perancangan.
Lingkungan
organisasi pendidikan yang besar dan melibatkan bagian-bagian yang beragam
pasti akan membawa kearah rancangan yang sangat bervariasi, untuk memenuhi
kebutuhan bagian-bagian organisasi yang sangat tinggi variasinya. Ada dua
alternatif untuk menghadapi kemajuan teknologi informasi yang menghasilkan
berbagai macam produk.
Alternatif
pertama dengan menerapkan standard yang harus
dipatuhi dalam pembangunan SIM (Sistem Informasi Manajemen) pendidikan.
Problema dari alternatif ini adalah sulit menentukan standard mana yang harus
diikuti, serta membatasi fleksibelitas pengguna. Namun alternatif ini
menguntungkan karena mengurangi masalah-masalah yang bervariasi. Alternatif
kedua adalah membebaskan pengguna memilih apapun yang akan digunakannya.
Alternatif ini
akan menimbulkan masalah keruwetan integrasi yang memerlukan sumber daya yang
tidak murah. Cara terbaik untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul karena
alternatif-alternatif di atas adalah dengan mengikuti standard yang
memungkinkan integrasi berbagai sistem mudah dilakukan misalnya standart untuk
sistem terbuka (open systems).
Terkait dengan
teknologi, Iskandar Alisyahbana (1980:1) merumuskan lebih jelas dan lengkap tentang
definisi teknologi yaitu cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan
manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang,
memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera, dan otak
manusia.
Dari pengertian di atas
nampak bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari adanya teknologi. Artinya,
bahwa teknologi merupakan keseluruhan cara yang secara rasional mengarah pada
ciri efisiensi dalam setiap kegiatan manusia.
Seseorang menggunakan
teknologi, karena menusia berakal. Dengan akalnya ia ingin keluar dari masalah,
ingin hidup lebih baik, lebih mudah, lebih aman, dan lebih-lebih yang lain.
Perkembangan teknologi
terjadi bila seseorang menggunakan alat dan akalnya untuk menyelesaikan setiap
masalah yang dihadapinya. Sebagai contoh dapat dikemukakan pendapat pakar
teknologi "dunia" terhadap pengembangan teknologi.
Menurut B.J. Habiebie (1983: 14) ada delapan
wahana transformasi yang menjadi prioritas pengembangan teknologi, terutama
teknologi industri, yaitu 1) pesawat terbang, (2) maritim dan perkapalan,
(3) alat transportasi, (4) elektronika dan komunikasi, (5) energi, (6) rekayasa
, (7) alat-alat dan mesin-mesin pertanian, dan (8) pertahanan dan keamanan.
Pada satu sisi, perkembangan dunia iptek yang
demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan
peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut
kemampuan fisik cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat
mesin-mesin otomatis. Sistem kerja robotis telah mengalihfungsikan tenaga otot
manusia dengan pembesaran dan percepatan yang menakjubkan. Begitupun dengan
telah ditemukannya formulasi-formulasi baru aneka kapasitas komputer, seolah
sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu
dan aktivitas manusia. Ringkas kata, kemajuan iptek yang telah kita capai
sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan
kenyamanan bagi kehidupan umat manusia
Namun, pada sisi lain,
pesatnya kemajuan iptek ternyata juga cukup banyak membawa pengaruh negatif.
Semakin kuatnya gejala "dehumanisasi", tergerusnya nilai-nilai
kemanusiaan dewasa ini, merupakan salah satu oleh-oleh yang dibawa kemajuan
iptek tersebut. Bahkan, sampai tataran tertentu, dampak negatif dari peradaban
yang tinggi itu dapat melahirkan kecenderungan pengingkaran manusia sebagai
homo-religousus atau makhluk teomorfis.
Bagi masyarakat
sekarang, iptek sudah merupakan suatu religion. Pengembangan iptek dianggap
sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Sementara orang bahkan memuja iptek
sebagai liberator yang akan membebaskan mereka dari kungkungan kefanaan dunia.
Iptek diyakini akan memberi umat manusia kesehatan, kebahagian dan imortalitas.
Sumbangan iptek
terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun
manusia tidak bisa pula menipu diri akan kenyataan bahwa iptek mendatangkan
malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia. Dalam peradaban modern yang muda,
terlalu sering manusia terhenyak oleh disilusi dari dampak negatif iptek
terhadap kehidupan umat manusia.
Kalaupun iptek mampu
mengungkap semua tabir rahasia alam dan kehidupan, tidak berarti iptek sinonim
dengan kebenaran. Sebab iptek hanya mampu menampilkan kenyataan. Kebenaran yang
manusiawi haruslah lebih dari sekedar kenyataan obyektif. Kebenaran harus
mencakup pula unsur keadilan. Tentu saja iptek tidak mengenal moral
kemanusiaan,oleh karena itu iptek tidak pernah bisa mejadi standar kebenaran
ataupun solusi dari masalah-masalah kemanusiaan.
Dari segala dampak terburuk
dari perkembangan iptek adalah dampak terhadap perilaku dari manusia
penciptanya. Iptek telah membuat sang penciptanya dihinggapi sikap over confidence dan superioritas tidak
saja terhadap alam lingkungan melainkan pula terhadap sesamanya. Eksploitasi
terhadap alam dan dominasi pihak yang kuat (negara Barat) terhadap pihak yang
lemah (negara dunia ketiga) merupakan ciri yang melekat sejak lahirnya revolusi
industri.
Oleh karena itu, dalam
menghadapi fenomena ini pemerintah dianggap perlu mengembangkan suatu sistem
pendidikan yang berbasis pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut. Tujuannya sangat sederhana, membuat pelajar-pelajar ataupun mahasiswa
di negeri kita dapat bersaing dan mengejar ketertinggalan dari pelajar di
negeri maju tanpa perlu kehilangan nilai-nilai kemanusian dan budaya yang kita
miliki. Atau dengan kata lain, peserta didik di jenjang pendidikan dasar perlu
diarahkan dan dibekali pendidikan teknologi guna menuju masyarakat yang
"melek teknologi" yaitu bercirikan mampu mengenal, mengerti, memilih,
menggunakan, memelihara, memperbaiki, menilai, menghasilkan produk teknologi
sederhana, dan peduli terhadap masalah yang berkaitan dengan teknologi.
Bahan kajian yang
diperuntukkan bagi jenjang pendidikan dasar dapat mencakup ranah teknologi dan
masyarakat, produk teknologi, serta perancangan dan pembuatan karya teknologi
sederhana. Agar perolehannya bermakna, maka pembelajaran kurikulum pendidikan
teknologi hendaknya berintikan pemecahan masalah dengan pendekatan empat pilar
belajar, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan
learning to live together.
Dalam mengembangkan
kurikulum, salah satu prinsip yang perlu diperhatikan adalah "sesuai
dengan kebutuhan". Namun, kesepakatan ini baru menjadi masalah bila diikuti
pertanyaan lanjutan, misalnya kebutuhan siapa? untuk masyarakat yang mana?
masyarakat yang mau diarahkan ke mana? masyarakat agraris, masyarakat industri,
masyarakat saat ini, masyarakat tahun 2005, atau masyarakat yang melek
teknologi.
Atas dasar landasan
pemikiran tersebut di atas, maka ruang lingkup kajian pendidikan teknologi yang
dikembangkan dapat mencakup sebagai berikut: (1) pilar teknologi, yaitu
aspek-aspek yang diproses untuk menghasilkan sesuatu produk teknologi yang
merupakan bahan ajar tentang: materi/bahan, energi, dan informasi, (2) domain
teknologi, yaitu suatu fokus bahan kajian yang digunakan sebagai acuan untuk
mengembangkan bahan pelajaran yang terdiri atas : (a) teknologi dan masyarakat
(berintikan teknologi untuk kehidupan sehari-hari, industri, profesi, dan
lingkupan hidup); (b) produk teknologi dan sistem (berintikan bahan, energi dan
informasi); (c) perancangan dan pembuatan karya teknologi (berintikan gambar
dan perancangan, pembuatan dan kaji ulang perancangan), dan (3) area teknologi,
yaitu batas kawasan teknologi dalam program pendidikan teknologi, hal ini
antara lain teknologi produksi, teknologi komunikasi, teknologi energi dan
bioteknologi.
Dengan ketiga ruang
lingkup ini, maka pada dasarnya dalam pembelajaran pendidikan teknologi peserta
didik akan memiliki kemampuan-kemampuan dalam hal: (1) menggunakan dan
memelihara produk teknologi, (2) menyadari tentang proses teknologi dengan
prinsip kerjanya, (3) menyadari dampak teknologi terhadap manusia, (4) mampu
"mengevaluasi" proses dan produk teknologi, dan (5) mampu membuat
hasil teknologi alternatif yang disederhanakan bahkan yang paling sederhana.
Dari tujuan dan lingkup
pendidikan teknologi di atas, berikut ini adalah pokok-pokok bahan ajar yang
dianggap "ampuh" untuk peserta didik di jenjang pendidikan dasar
(BTE, 1998), antara lain yaitu: Keterampilan dasar teknik, Penjernihan air,
Bioteknologi, Pengolahan macam-macam bahan, Teknologi dan profesi, Teknologi
produksi, Persambungan dan penguatan konstruksi, Konversi energi, Prinsip-prinsip
teknik, Sistem teknik (mesin dan reka cipta), Transportasi dan navigasi,
Teknologi dan lingkungan hidup, Instalasi listrik, Komunikasi, Komputer dan
teknologi kontrol, Desain teknologi terapan, dan Usaha milik sendiri.
Hal ini amat selaras
dengan Soedijarto (2000: 69) yang merekomendasikan bahwa untuk memasuki abad
ke-21 dalam proses pembelajaran diperlukan:
(1)
learning to know, yaitu peserta didik akan dapat
memahami dan menghayati bagaimana suatu pengetahuan dapat diperoleh dari
fenomena yang terdapat dalam lingkungannya. Dengan pendekatan ini diharapkan
akan lahir generasi yang memiliki kepercayaan bahwa manusia sebagai kalifah
Tuhan di bumi diberi kemampuan untuk mengelola dan mendayagunakan alam bagi
kemajuan taraf hidup manusia,
(2)
learning to do, yaitu menerapkan suatu upaya agar
peserta didik menghayati proses belajar dengan melakukan sesuatu yang bermakna,
(3)
learning to be, yaitu proses pembelajaran yang
memungkinkan lahirnya manusia terdidik yang mandiri, dan
(4) learning
to live together, yaitu pendekatan melalui penerapan
paradigma ilmu pengetahuan, seperti pendekatan menemukan dan pendekatan
menyelidik akan memungkinkan peserta didik menemukan kebahagiaan dalam belajar.
Hal yang juga tak kalah
pentingnya dalam mendukung sistem pendidikan berbasis teknologi itu adalah
menyelaraskan pengajaran iptek dengan iman dan taqwa (imtaq). Karena
bagaimanapun, kecerdasan seseorang tidak akan membawa dampak positif yang
berarti apabila mereka tidak bermoral. Mereka bisa saja menjadi ahli kimia yang
handal, akan tetapi tanpa dibekali moral, kemampuan mereka hanya akan digunakan
untuk menciptakan senjata-senjata kimiawi yang dapat menghancurkan umat
manusia. Sebaliknya dengan moral yang baik, mereka dapat menemukan bahan bakar
alternatif yang dapat bermanfaat di tengah krisis minyak yang terjadi di dunia
pada abad ini.
Kesimpulan
Guna mempersiapkan
sumber daya manusia yang handal dalam memasuki era kesejagadan, yang salah
satunya ditandai dengan sarat muatan teknologi, salah satu komponen pendidikan
yang perlu dikembangkan adalah kurikulum yang berbasis pendidikan teknologi di
jenjang pendidikan dasar.
Bahan kajian ini
merupakan materi pembelajaran yang mengacu pada bidang-bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi di mana peserta didik diberi kesempatan untuk membahas masalah
teknologi dan kemasyarakatan, memahami dan menangani produk-produk teknologi,
membuat peralatan-peralatan teknologi sederhana melalui kegiatan merancang dan
membuat, dan memahami teknologi dan lingkungan.
Kemampuan-kemampuan
seperti memecahkan masalah, berpikir secara alternatif, menilai sendiri hasil
karyanya dapat dibelajarkan melalui pendidikan teknologi. Untuk itu, maka
pembelajaran pendidikan teknologi perlu didasarkan pada empat pilar proses
pembelajaran, yaitu: learning to know, learning to do, learning to be, dan
learning to live together.
Untuk melengkapi
kecerdasan iptek para pelajar dan mahasiswa, diperlukan pula penyelarasan
pengajaran iptek dengan pengajaran imtaq. Sehingga terbentuklah manusia-manusia
cerdas dan bermoral yang dapat menghasilkan berbagai teknologi yang bermanfaat
bagi umat manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar